Jumat, 03 Januari 2014

tugas TI (articel Tema bebas)



Waspada, rabies ada di sekitar kita !


Rabies yang juga dikenal sebagai  Lyssa  Hydrophobia dan di indonesia dikenal dengan nama penyakit Anjing Gila adalah infeksi viral dan akut pada susunan saraf ditandai dengan kelumpuhan yang  progresif dan berakhir dengan kematian. Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis (menular dari hewan ke manusia) sejak 2300 tahun sebelum Masehi. Rabies ditemukan di sebagian besar dunia. Negara-negara yang hingga kini bebas adalah Australia, Selandia Baru, Inggris, Belanda, Hawaii (Amerika Serikat) dan sejumlah pulau-pulau kecil di Pasifik. Rabies di Indonesia sudah lama di temukan dan hampir semua daerah tertular virus. Rabies pertama kali ditemukan pada kerbau pada tahun 1884 dan pada anjng tahun 1889. Virus rabies ditularkan kepada manusia melalui gigitan hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera, rakun dan kelelawar. Saat ini, penyakit rabies sudah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Rabies di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius karena hampir selalu menyebabkan kematian (always almost fatal) setelah timbul masalah klinis dengan tingkat kematian sampai 100%.
Penyebab Rabies
            Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk keluarga Rhabdoviridae dan Lysavirus. Virus ini hanya memiliki satu utas negatif RNA yang tidak bersegmen. Virus ini hidup pada jenis hewan yang berperan sebagai perantara penularan. Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia melalui gigitan. Infeksi jga dapat melalui jilatan hewan perantara pada kulit yang terluka.
            Setelah infeksi, virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak kemudian berreplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur. Hewan yang berinfeksi bisa mengalami rabies buas/ganas ataupun rabies jinak/tenang. Pada rabies buas/ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak. Agresif, menggigit dan menelan segala macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung, gelisah kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak/tenang, hewa yang terinfeksi mengalami kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total, suka bersembunyi ditempat gelap, mengalami kejang dan sulit bernafas, serta menunjukkan kegalakan.
Manifestasi klinis
            Gejala rabies biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi. Masa inkubasi virus hingga munculnya penyakit adalah 10-14 hari apada anjing tetapi bisa mencapai 9 bulan pada manusia. Bila disebabkan oleh gigitan anjing, luka yang memiliki risiko tinggi meliputi infeksi pada mukosa, luka di atas daerah bahu (kepala, muka, leher), luka pada kelamin, luka yang lebar atau dalam, dan luka yang banyak. Sedangkan luka dengan risiko rendah meliputi jilatan pada kulit yang luka, garukan atau lecet, serta luka kecil disekitar tangan, badan dan kaki.
Gejala sakit yang akan dialami seseorang yang terinfeksi rabies meliputi 4 stadium :
Stadium prodromal
Dalam stadium prodromal sakit yang timbul pada penderita tidak khas, menyerupai infeksi virus pada umumnya yang meliputi demam, sulit makan yang menuju taraf anoreksia, pusing dan pening (nausea), dan lain sebagainya.
Stadium sensoris
Dalam stadium sensoris penderita umumnya kan mengalami rasa nyeri pada daerah luka gigitan, panas, gugup, kebigungan, keluar banyak air liur (hipersalivasi), dilatasi pupil, hiperhidrosis, hiperlakrimasi.
Stadium eksitasi
Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah kaget, kejang-kejang setiap ada rangsangan dari luar sehingga terjadi ketakutan pada udara (aerofobia), ketakutan pada cahaya (fotofobia), dan ketakutan pada air (hidrofobia). Kejang-kejang terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan penafasan. Hidrofobia yang terjadi pada penderita rabies terutama karena adanya rasa sakit yang luar biasa dikala berusaha menelan air.

Stadium paralitik
Pada stadium paralitik setelah melaliu ketiga stadium sebelumnya, penderita memasuki stadium paralitik ini menunjukan kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke bawah yang progresif. Karena durasi penyebaran penyakit yang cukup cepat maka umunya keempat stadium di atas tidak dapat dapat dibedakan dengan jelas. Gejala-gejala yang tampak jelas pada penderita diantaranya adalah nyeri pada bekas gigitan dan ketakutan pada air, udara, dan cahaya serta yang keras. Sedangkan pada hewan yang terinfeksi, gejala yang tampak adalah dari jinak menjadi ganas, hewan-hewan peliharaan menjadi liar dan lupa jalan pulang, serta ekor dilengkungkan di bawah perut.
Diagnosis
             
Jika seseorang digigit hewan, maka hewan yang menggigit harus diawasi. Satu-satunya uji yang menghasilkan keakuratan 100% terhadap adanya virus rabies adalah dengan uji antibodi fluoresensi langsung (direct fluorescent antibody test/dFAT) pada jaringan otak hewan yang terinfeksi. Uji ini telah digunakan lebih dari 40 tahun dan dijadikan standar dalam diagnosis rabies. Prinsipnya adalah ikatan antara antigen rabies dan antibody spesifik yang telah dilabel dengan senyawa fluoresens yang akan berpendar sehingga dapat memudahkan dalam deteksi. Namun, kelemahannya adalah subjek uji harus dimatikan terlebih dahulu (eutanasia) sehingga tidak dapat digunakan terhadap manusia. Akan tetapi uji serupa tetap dapat dilakukan menggunakan serum, cairan sumsum tulang belakang, ataunpun air liur penderita walaupun tidak memberikan keakuratan 100%. Selain itu diagnosis dapat dilakukan dengan biopsi kulit leher atau sel epitel kornea mata walaupun hasilnya tidak terlalu tepat sehingga nantinya akan dilakukan kembali diagnosis post mortem setelah hewan ataun manusia yang terinfeksi meninggal.

Penanganan 
 Bila terinfeksi rabies, segera cari pertolongan medis. Rabies dapat diobati, namun harus dilakukan sedini mungkin sebelum menginfeksi otak dan menimbulkan gejala. Bila gejala mulai terlihat, tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan penyakit ini. Kematian biasanya terjadi beberapa hari setelah terjadinya gejala pertama.

            Jika terjadi kasus gigitah oleh hewan yang diduga terinfeksi rabies atau berpotensi rabies (anjing, sigung, rakun, rubah, kelelawar) segera cuci luka dengan sabun atau pelarut lemak lain di bawah air mengalir selama 10-15 menit lalu beri antiseptik alkohol 70% atau iodin. Orang-orang yang belum di imunisasi selama 10 tahun terakhir akan diberikan suntikan tetanus. Orang-orang yang belum pernah mendapatkan vaksin rabies akan diberikan suntikan globulin imun rabies yang dikombinasikan dengan vaksin. Separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan dan separuhya disuntikkan ke otot, biasanya di daerah pinggang. Dalam periode 28 hari diberikan 5 kali suntikan. Suntikan pertama untuk menentukan risiko adanya virus rabies akbat bekas gigitan. Sisa suntikan diberikan pada hari ke 3, 7, 14, 28. Kadang-kadang terjadi rasa sakit, kemerahan, bengkak atau gatal pada tempat penyuntikan vaksin. 
Pencegahan
            Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera setelah tekena gigita. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kepada orang-orang yang berisiko tinggi terjangkitnya virus rabies, yaitu :
  • ·         Dokter hewan.
  • ·         Petugas yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi.
  • ·         Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies pada anjing banyak ditemukan.
  • ·  Para penjelajah gua kelelawar. 
 Vaksin idealnya dapat memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi seiring berjalannya maktu kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap rabies harus mendapatkan dosis booster vaksinasi setiap 3 tahun. Pentingnya vaksinasi rabies terhadap hewan peliharaan seperti anjing juga marupakan salah satu cara pencegahan yang harus diperhatikan. Vaksinasi pada hewan rentan seperti anjing, sebaiknya diberikan setiap tahun. Demikian juga pemeliharaan vaksinnya harus tepat. Agar memperoleh hasil yang optimal, gunakan vaksin rabies yang berisi virus rabies isolat lokal, yang memiliki homologi tinggi dengan virus lapang. Hal ini agar perlindungan tetap lebih optimal.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar